SHOCK HEMORAGIC
PENDAHULUAN
Syok adalah keadaan dimana terjadi kegagalan sistem kardiovaskuler yang
menyebabkan gangguan perfusi jaringan, keadaan ini menyebabkan hipoksia,
gangguan metabolisme seluler, kerusakan jaringan, gagal organ dan
kematian.
Patofisiologi syok perdarahan adalah terjadi kekurangan volume intravaskuler menyebabkan penurunan venous return sehingga terjadi penurunan pengisian ventrikel, menyebabkan penurunan stroke volume dan cardiac output, sehingga menyebabkan gangguan perfusi jaringan .
Resusitasi pada syok perdarahan akan mengurangi angka kematian. Pengelolaan syok perdarahan ditujukan untuk mengembalikan volume sirkulasi, perfusi jaringan dengan mengoreks hemodinamik, kontrol perdarahan, stabilisasi volume sirkulasi, optimalisasi transpor oksigen dan bila perlu pemberian vasokonstriktor bila tekanan darah tetap rendah setelah pemberian loading cairan. Pemberian cairan merupakan hal penting pada pengelolaan syok perdarahan dimulai dengan pemberian kristaloid/koloid dilanjutkan dengan transfusi darah komponen.
Koagulopati yang berhubungan dengan transfusi masif masih merupakan masalah klinis yang penting. Strategis terapi termasuk mempertahankan perfusi jaringan, koreksi hipotermi dan anemia, dan penggunaan produk hemostatik untuk mengoreksi microvascular bleeding.
Patofisiologi syok perdarahan adalah terjadi kekurangan volume intravaskuler menyebabkan penurunan venous return sehingga terjadi penurunan pengisian ventrikel, menyebabkan penurunan stroke volume dan cardiac output, sehingga menyebabkan gangguan perfusi jaringan .
Resusitasi pada syok perdarahan akan mengurangi angka kematian. Pengelolaan syok perdarahan ditujukan untuk mengembalikan volume sirkulasi, perfusi jaringan dengan mengoreks hemodinamik, kontrol perdarahan, stabilisasi volume sirkulasi, optimalisasi transpor oksigen dan bila perlu pemberian vasokonstriktor bila tekanan darah tetap rendah setelah pemberian loading cairan. Pemberian cairan merupakan hal penting pada pengelolaan syok perdarahan dimulai dengan pemberian kristaloid/koloid dilanjutkan dengan transfusi darah komponen.
Koagulopati yang berhubungan dengan transfusi masif masih merupakan masalah klinis yang penting. Strategis terapi termasuk mempertahankan perfusi jaringan, koreksi hipotermi dan anemia, dan penggunaan produk hemostatik untuk mengoreksi microvascular bleeding.
DERAJAT SHOCK (HEMORAGIK)
- Derajat I : darah hilang < 15 % EBV
- Derajat II : darah hilang 15 – 30 % EBV
- Derajat III : darah hilang 30 – 45 % EBV
- Derajat IV : darah hilang > 45 % EBV
Tabel. American College of Surgeons ATLS Classification of Hemorrhage Severity
Haemorrhage
severity according to ACS/ATLS classification *)
|
Class I
|
Class II
|
Class III
|
Class IV
|
Blood loss (ml)
|
<750 span="span">750>
|
750 – 1,500
|
1,500 – 2,000
|
>2,000
|
Pulse rate (per
minute)
|
<100 span="span">100>
|
>100
|
>120
|
>140
|
Blood pressure
|
Normal
|
Normal
|
Decreased
|
Decreased
|
Pulse pressure
(mm Hg)
|
Normal
|
Decreased
|
Decreased
|
Decreased
|
Respiratory rate
(per minute)
|
14 – 20
|
20 – 30
|
30 – 40
|
>40
|
Urine output
(ml/hour)
|
>30
|
20 – 30
|
5 – 15
|
Negligible
|
Central nervous
system (mental status)
|
Slightly anxious
|
Mildly anxious
|
Anxious confused
|
Lethargic
|
STADIUM-STADIUM SYOK
Syok memiliki beberapa stadium sebelum kondisi menjadi dekompensasi atau irreversible sebagaimana dilukiskan dalam gambar berikut:
Stadium 1 ANTICIPATION STAGE
Gangguan sudah ada tetapi bersifat lokal. Parameter-paramater masih dalam batas normal. Biasanya masih cukup waktu untuk mendiagnosis dan mengatasi kondisi dasar.
Stadium 2. PRE-SHOCK SLIDE
Gangguan sudah bersifat sistemik.
Parameter mulai bergerak dan mendekati batas atas atau batas bawah kisaran normal.
Stadium 3 COMPENSATED SHOCK
Compensated shock bisa berangkat dengan tekanan darah yang normal rendah, suatu kondisi yang disebut "normotensive, cryptic shock" Banyak klinisi gagal mengenali bagian dini dari stadium syok ini. Compensated shock memiliki arti khusus pada pasien DBD dan perlu dikenali dari tanda-tanda berikut: Capillary refill time > 2 detik; penyempitan tekanan nadi, takikardia, takipnea, akral dingin.
Stadium 4 DECOMPENSATED SHOCK, REVERSIBLE
Di sini sudah terjadi hipotensi. Normotensi hanya bisa dipulihkan dengan cairan intravena dan/atau vasopresor
Stadium 5 DECOMPENSATED IRREVERSIBLE SHOCK
Kerusakan mikrovaskular dan organ sekarang menjadi menetap dan tak bisa diatasi.
Klasifikasi Syok Hemoragik
Derajat syok hemoragik bisa secara kasar ditaksir menurut beberapa parameter klinis, namun banyak ditentukan oleh respon terhadap resusitasi cairan 1.
Tatalaksana syok hemoragik
Terapi awal pada perdarahan akut harus melibatkan tatalaksana jalan napas, mengusahakan ventilasi dan oksigenasi adekuat, mengendalikan perdarahan eksternal (jika ada), dan melindungi medula spinalis (jika berpotensi cedera). Resusitasi Cairan harus memenuhi objektif: (1) memulihkan volume intravaskular yang cukup untuk mengatasi hipoperfusi sistemik dan membatasi hipoperfusi regional; (2) mempertahankan kapasitas pengangkut oksigen yang adekuat sehingga penyampaian oksigen ke jaringan memenuhi kebutuhan oksigen yang kritis; dan (3) membatasi kehilangan eritrosit sirkulasi. Sayang, tidak ada parameter tepat yang tersedia dan memungkinkan klinisi mencapai tiga sasaran ini ditengah-tengah perubahan fisiologis yang dinamis pada perdarahan akut dan resusitasi. Namun demikian, pasien mungkin sekali memperoleh manfaat dari upaya klinis untuk mempertahankan imbang ini sebelum perdarahan yang berlangsung bisa dikendalikan dengan operasi.
KESIMPULAN
Terapi cairan resusitasi pada pasien syok hemoragik perlu mendapat perhatian lebih serius untuk menurunkan angka mortalitas dan morbiditas. Hal-hal yang menjadi bahan pertimbangan:
- Mengetahui stadium syok hipvolemik dan perubahan patofisiologi terkait
- Deteksi dini compensated shock agar cairan bisa diberikan adekuat
- Mengetahui berapa banyak cairan kristaloid/koloid diberikan
- Indikasi transfusi darah
- Bagaimana mengetahui keberhasilan resusitasi.
Referensi:
- Wibowo, P. Soetamto . 2008. Blodd Loss Estimation and Transfusion In Surgical Ill Patient. Dept. of Surgery Airlangga University/ Dr. Soetomo General Hospital Surabaya.
- American College of Surgeons : Advanced Trauma Life Support (ATLS) for Doctor’s 7th ed, Chicago : american College of surgeon, 2004
- Demling RH, Wilson RF.: Decision Making in Surgical Critical Care.B.C. Decker Inc, 1988. p 64.
- Tintinalli JE. Tintinalls’s Emergency Medicine: A comprehensive Study Guide, 6th e4dition
- Stern SA: Low-volume fluid resuscitation for presumed hemorrhagic shock: Helpful or harmful? Curr Opin Crit Care 7:422, 2001.
- Dutton RP, Mackenzie CF, Scalea TM: Hypotensive resuscitation during active hemorrhage: Impact on in-hospital mortality. J Trauma 52:1141, 2002.
- Brunicardi, FC. Et al. Schwartz's Principles of Surgery, 9e
- Liolios A. Volume Resuscitation: The Crystalloid vs Colloid Debate Revisited. Medscape 2004
- SAFE Study Investigators: A comparison of albumin and saline for fluid resuscitation in the intensive care unit. N Engl J Med 2004, 350:2247-2256
- NN. 2011. Manajemen Syok Hemorragic. http://www.otsuka.co.id